|

    Berwisata di Jalan Malioboro dan Kilometer Nol Yogyakarta

    Jalan Malioboro di Yogyakarta sudah tidak asing sebagai tempat wisata pedestrian paling populer di Jogja. Mengunjungi Jogja rasanya kurang lengkap jika tidak menyempatkan diri jalan-jalan di Malioboro. Jalan Malioboro menjadi ikon wisata Jogja sudah sejak lama dari generasi ke generasi. Tua dan muda yang telah mengunjungi Malioboro memiliki kenangan tersendiri yang membuat orang ingin kembali ke Jogja lagi.

    Asal Usul Kata Malioboro

    Seperti dikutip dari Wikipedia, Jalan Malioboro adalah nama salah satu kawasan jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Margo Utomo, Jalan Malioboro, dan Jalan Margo Mulyo. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Keraton Yogyakarta.

    Jalan Malioboro sudah ada sejak jaman kolonial. Terdapat dua versi asal nama Malioboro. Dalam bahasa sansekerta Malioboro dapat diartikan “karangan bunga” yang mana nama ini mungkin terinspirasi dari suasana jalan tersebut yang dipenuhi dengan bunga ketika Keraton sedang mengadakan acara atau hajatan besar. Sedangkan versi ke-dua nama jalan diambil dari nama seorang bangsawan Inggris yaitu Marlborough yang pernah tinggal di Yogyakarta antara 1811-1816.

    Terlepas dari mana asal nama Malioboro bagi sebagian orang bukanlah persoalan yang besar. Seiring berjalannya waktu jalan Malioboro memang tak pernah mati dan selalu memikat wisatawan untuk kembali ke Jogja lagi.

    Suasana Romantis dan Nostalgia Jalan Malioboro Jogja

    Jalan Malioboro Jogja kini memiliki wajah baru. Berubah menjadi lebih baik dan bersahabat untuk pejalan kaki. Ukuran trotoar kini lebih lebar sehingga membuat betah berjalan-jalan disini. Di sepanjang trotoar pun tersedia bangku kayu berjejer rapi tempat beristirahat sambil menikmati suasana sekitar. Jika dulu banyak kendaraan roda dua parkir di trotoar kini sudah tidak tampak lagi. Penampilan trotoar yang lebih luas dan juga lebih bersih.

    Dengan kondisi trotoar yang lebih asik bagi pejalan kaki, kini banyak wisatawan yang melakukan selfie di jalan Malioboro. Duduk bersantai di bangku trotoar pada sore hari adalah waktu terbaik.

    Jika cuaca sedang cerah anda akan mendapati suasana lebih berkesan. Dengan warna kemerahan khas sunset dan birunya langit yang berlukiskan awan, dam saat lampu-lampu jalanan dan pertokoan mulai dinyalakan suasana romantis di jalan Malioboro akan semakin terasa.

    Aktifitas di Jalan Malioboro

    Yogyakarta memiliki wisata budaya yang kelestariannya sangat terjaga. Hal ini tak terkecuali untuk Jalan Malioboro Jogja. Bagi yang pernah berkunjung kesini semasa remaja, kita masih dapat bernostalgia dan mendapati suasana yang tak banyak berubah. Suasana Malioboro masih sama seperti dulu.

    Jalan malioboro Jogja dikenal sebagai pusat oleh-oleh khas Jogja. Berbagai macam souvenir unik khas Jogja dijual. Pertokoan di sepanjang jalan malioboro menjual Kaos, sendal, batik, blangkon, dan banyak kerajinan tangan yang semuanya khas Jogja. Di sejumlah pojok trotoar juga terdapat lukisan yang dijual. Salah satu toko suvenir yang lengkap disini yaitu Hamzah batik.

    Selain pusat belanja oleh-oleh, Malioboro juga terkenal dengan wisata kulinernya. Deretan pedagang kaki lima menjual aneka makanan lokal khas Jogja seperti Gudeg dan es dawet.

    Waktu yang tepat untuk wisata kuliner di Malioboro adalah malam hari. Sambil menyantap hidangan anda dapat menikmati lantunan lagu dari pengamen Jogja yang membuat suasana makan malam anda semakin berkesan.

    Jalan Malioboro berdekatan dengan sejumlah obyek wisata. Diantaranya Keraton Yogyakarta, Alun-alun utara, Masjid Agung, Museum Sonobudoyo dan Kampung Kauman.

    Selain itu ada pula tempat wisata sejarah seperti Benteng Vredenburg dan Istana Keresidenan Kolonial. Di jalan Malioboro juga terdapat pusat perbelanjaan yaitu Pasar Beringharjo dan juga tempat populer berfoto-foto yaitu titik 0 kilometer.

    Yogyakarta KM 0

    Titik 0 KM kota Yogyakarta berlokasi di ujung jalan malioboro. Tak sulit untuk wisatawan mencari titik pusat kota yogyakarta ini. Dekat dengan kraton, benteng vredeburg, kantor pos dan Bank Indonesia dan bank BNI membuat titik 0 kilometer ramai dikunjungi setiap harinya.

    Tak hanya para wisatawan saja yang turut meramaikan titik 0 kilometer, banyak acara yang dilakukan warga yogyakarta sendiri seperti pertunjukkan seni musik, pertunjukan seni dan budaya, aksi damai, demonstrasi serta event-event menarik lainnya yang sering meramaikan sekitar pelataran 0 kilometer.

    Banyak juga para pedagang yang berjualan makanan dan cinderamata khas kota yogyakarta. Pada malam hari titik 0 kilometer ini semakin ramai dikunjungi oleh para orang.

    Beberapa kumpulan orang menghabiskan wakti di titik 0 kilometer ini dengan bersantai di kursi-kursi yang telah di sediakan dan juga untuk berfoto.

    Transportasi

    Di Malioboro juga tersedia transportasi untuk berkeliling. Yaitu Andong dan juga sepeda. Andong biasa digunakan untuk berwisata keliling kota Yogyakarta. Andong adalah kereta kuda khas Yogyakarta. Malioboro tempat paling mudah untuk menemukan transportasi Andong. Dan jika anda berkunjung ke Yogyakarta naik kereta api, stasiun kereta Yogyakarta sangat dekat dengan jalan ini.

    Jalan Malioboro selalu ramai baik itu siang maupun malam hari. Selama berada di jalan ini akan banyak dijumpai kekayaan tradisi dan seniman musik Yogyakarta.

    Budaya Lesehan di wisata kulinernya dan pasar souvenirnya memang menjadi ciri khas disini. Lantunan seniman jalanan selalu enak didengar. Hal ini akan selalu kita jumpai di Jalan Malioboro dan tetap terjaga dari dulu hingga hari ini.

    Similar Posts